Jakarta - Setelah melemah selama 4 hari, Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah pada perdangan akhir pekan lalu berhasil ditutup menguat dibandingkan pekan sebelumnya. IHSG ditutup pada level 3397,6 atau menguat sebesar sebesar 0,38% dibandingkan penutupan pekan sebelumnya, sedangkan kurs tengah rupiah pada akhir perdagangan pekan lalu ditutup pada level 8958 per US$ atau menguat 27 Pips dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya pada level 8985 per dolar AS.
"Penguatan bursa saham dan rupiah yang terjadi pada perdagangan jumat pekan lalu diakibatkan oleh kembali masuknya investor ke pasar saham sebagai dampak dari meningkatnya risk appetite investor terutama investor asing setelah dirilisnya berita-berita positif mengenai proses pemulihan ekonomi di Amerika dan Eropa," jelas Muhammad Fikri, analis dari BNI dalam reviewnya, Senin (27/9/2010).
Kabar dari AS menyebutkan, permintaan terhadap produk sektor manufaktur Amerika meningkat sangat signifikan sehingga mendorong sektor manufaktur di amerika meningkatkan produksinya untuk beberapa waktu kedepan.
"Kondisi tersebut berhasil menghapuskan kekhawatiran investor terhadap kemungkinan kembali menurunnya pertumbuhan ekonomi Amerika pada kuarter ketiga 2010," imbuh Fikri.
Sedangkan dari Eropa dikabarkan Indeks kepercayan bisnis Jerman sebagai eksportir terbesar ketiga dunia berada pada level tertingginya dalam 3 tahun terakhir. Kondisi yang terjadi di Amerika dan Jerman tersebut menggambarkan bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika dan Jerman meningkatkan pembelanjaanya baik itu untuk persediaan maupun investasi sehingga diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia mengingat kedua negara tersebut merupakan ekonomi terbesar dunia.
"Di mata investor kondisi yang terjadi di Amerika dan Jerman menggambarkan bahwa ekonomi dunia kembali menggeliat setelah sebelumnya dihantui oleh kekhawatiran terjadinya 'dip recession' atau resesi tahap kedua yang muncul setelah investor bulan lalu melihat fakta menurunnya realisasi pertumbuhan GDP Amerika pada quarter ke dua 2010," paparnya.
Ekonomi yang terus memperlihatkan perbaikan, lanjut Fikri, mendorong investor untuk kembali berinvestasi pada instrumen-instrumen yang lebih berisiko seperti pasar saham. Risk Appetide investor mulai meningkat sehingga investor mulai memindahkan investasinya dari yang semula pada instrumen 'safe haven' ke pasar saham yang memberikan return tinggi dengan eksposur risiko yang juga lebih tinggi.
"Apa yang terjadi di bursa saham Indonesia pada perdangan Jumat pekan lalu menggambarkan bahwa investor asing kembali berbondong-bondong masuk ke bursa saham indonesia, dimana pada perdagangan jumat pekan lalu investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar hampir Rp. 500 milliar di pasar Saham Indonesia. Derasnya modal yang masuk ke bursa saham pada akhirnya mendorong penguatan yang signifikan terhadap IHSG dan rupiah pada akhir pekan lalu," jelasnya.
Untuk minggu depan, Fikri memperkirakan arah pergerakan bursa saham Indonesia dan rupiah masih menunjukkan penguatan mengingat investor asing masih melihat indonesia sebagai salah satu emerging market terbaik di dunia. Walaupun demikian, lanjut dia, prediksi the fed yang dirilis pekan lalu bahwa fase pemulihan ekonomi dunia memasuki fase moderate untuk beberapa bulan kedepan akan menjadi catatan penting bagi investor dalam bertindak.
"Penguatan IHSG dan rupiah yang terus menerus sebenarnya cukup mengkhawatirkan terjadinya koreksi yang dalam, untuk itu investor disarankan untuk bersikap prudent dalam memilih instrumen investasi," jelasnya.
Sumber:detikfinance.com
Investor Asing Kembali Borong Saham
Minggu, 26 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar