Disuruh Berhemat Rp 8 Triliun, Dahlan Iskan Siap 'Peras Handuk'

Kamis, 23 September 2010

Jakarta - Direktur Utama PLN Dahlan Iskan tidak mau lagi memperjuangkan soal subsidi listrik dan tarif dasar listrik. Ia pun memilih pasrah dan siap 'memeras handuk' setelah PLN diminta berhemat Rp 8 triliun di 2011.

"Saya dan Direksi PLN mulai tahun ini memutuskan tidak akan memperjuangkan subsidi dan TDL," kata Dahlan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis malam (23/9/2010).

Dahlan mengakui, jika dibandingkan dengan subsidi listrik pada tahun ini, subsidi listrik yang akan diberikan pada tahun depan lebih kecil. Pada tahun 2010, subsidi listrik diputuskan sebesar Rp 55 triliun, sementara tahun 2011 hanya sebesar Rp 41,02 triliun.

"Ditambah penghematan Rp 8,1 triliun. Handuk mana lagi yang mau diperas?" katanya.

Namun, lanjut dia, perusahaan listrik pelat merah tersebut menerima berapapun subsidi listrik yang diputuskan pemerintah dan DPR.

"Soal subsidi terserah berapa saja kita terima. Karena anggota DPR sudah pintar semua, tahu apa konsekuensinya. Pemerintah juga pintar pokoknya terserah saja," katanya.

"Diberikan subsidi berapapun kami terima," tambahnya.

Sebelumnya, pemerintah mengusulkan subsidi listrik sebesar Rp 41,02 triliun sebagaimana ditetapkan dalam nota keuangan 2011. Angka subsidi tersebut, terdiri dari subsidi berjalan Rp 36,4 triliun, kekurangan subsidi tahun 2009 sekitar Rp 4,6 triliun.

Besaran subsidi pemerintah itu, belum termasuk kekurangan subsidi listrik Rp 12,7 triliun yang akan dikompensasi dengan kenaikan TDL sebesar 15 persen per 1 Januari 2011. Sehingga sesungguhnya kebutuhan subsidi sebesar Rp 53,7 triliun.

Untuk menghindari kenaikan itu, penerimaan tersebut bisa didapat dari pemanfaatan tambahan pasokan gas sebanyak 100 juta kaki kubik (million standard cubic feet per day/MMSCFD) pada tahun depan, sehingga perusahaan listrik pelat merah itu bisa menghemat Rp 2,5 triliun.

Sementara, dari gas alam cair yang berasal dari floating storage receiving terminal (FSRT) yang dibangun oleh anak usaha PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk, PT Nusantara Regas di Jawa bagian barat, PLN akan dapat menghemat Rp 2,3 triliun.

Sedangkan dari efisiensi operasi yang dilakukan PLN sebesar Rp 2,6 triliun, yang terdiri dari pemeliharaan sekitar Rp 800 miliar, biaya pegawai Rp 300 miliar,penyusutan Rp 1 triliun, serta biaya administrasi Rp 500 miliar.

Efisiensi kegiatan operasi juga didapat dari penurunan loses jaringan sebesar 0,8 persen, dari posisi 9,35 persen menjadi 8,55 persen, dengan penghematan Rp 700 miliar. Namun yang didapat dari penghematannya baru sekitar Rp 8,1 triliun sehingga ada kekurangan Rp 4,6 triliun," katanya.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, bisa dilakukan dari tiga solusi yaitu dengan menunda pembayaran utang subsidi tahun 2009 sebesar Rp 4,6 triliun, menambah subsidi listrik tahun berjalan sebesar Rp 4,6 triliun, atau menaikkan TDL sebesar 5,4 persen mulai 1 Januari 2011.

Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya pemerintah dan Komisi VII DPR sepakat untuk menunda pembayaran kekurangan subsidi tahun 2009 kepada PLN sekitar Rp 4,6 triliun dan menetapkan subsidi listrik sebesar Rp 41,02 triliun.

Sumber:www.detikfinance.com

0 komentar: